Demam Berdarah adalah salah satu penyakit yang sangat sulit diberantas. Setiap tahun jumlah penderitanya masih saja banyak. Meskipun semua pihak sudah berupaya melakukan berbagai macam cara memberantas demam berdarah ini. Mulai dari membersihkan bak mandi seminggu sekali, mengubur barang-barang yang berkemungkinan menjadi tempat berkembang biaknya sang penyebab, si nyamuk Aedes Aegypti, menggunakan bubuk abate, sampai dengan penyemprotan atau pengasapan yang belakangan marak dilakukan. Tetap saja jumlah kasus demam berdarah tinggi. Dalam satu keluarga bahkan bisa beberapa orang sekaligus tertular, mulai dari orang tua sampai anak-anaknya. Lalu sebenarnya mengapa demam berdarah sulit diberantas?
Menurut seorang ahli entomologi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Upik Kusumawati Hadi, salah satu penyebabnya adalah karena perilaku nyamuk perantara penularan (vektor) penyakit demam berdarah sudah berubah. “Menurut teori, sebelumnya nyamuk Aedes Aegypti hanya suka berada di air bersih, tapi sekarang mereka juga bisa tinggal di air yang sudah terpolusi,” katanya.
Beberapa hasil penelitian, menunjukkan bahwa nyamuk Aedes Aegypti ini sekarang bisa hidup pada air yang mengandung deterjen, kaporit, dan kotoran hewan. Selain itu, nyamuk ini juga bisa berkembangbiak di air yang bersentuhan langsung dengan tanah itu, padahal sebelumnya, Aedes Aegypti dikenal sebagai nyamuk priyayi karena hanya mau berkembang biak di tempat-tempat yang bersih, tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Perubahan perilaku serupa juga terjadi pada nyamuk penular demam berdarah lain, Aedes Albopictus. Pemanasan global yang membuat suhu udara naik juga membuat proses perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti berlangsung lebih cepat sehingga peningkatan populasi nyamuk juga makin cepat.
Perubahan-perubahan inilah yang antara lain menyebabkan penularan demam berdarah sulit dikendalikan.
Masih menurut Upik Kusumawati Hadi, sebenarnya mudah saja cara memberantas demam berdarah, tidak perlu teknologi tinggi untuk melakukannya. Kuncinya satu, pengendalian vektor.
Pemberantasan nyamuk penular demam berdarah antara lain bisa dilakukan dengan memberantas tempat perindukan nyamuk dan memberantas larva nyamuk. Ahli kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko W menambahkan, partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam upaya pengendalian vektor maupun pencegahan penularan demam berdarah.
Selama ini masyarakat sudah melaksanakan 3M plus atau menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampung air, mengubur barang bekas yang bisa menampung air dan membunuh larva nyamuk dengan obat antilarva atau abate.
“Sepekan sekali cukup, karena siklus hidupnya sekitar satu minggu,” kata Upik.
Di samping itu, ia menambahkan, masyarakat juga harus menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat antinyamuk. Miko mengatakan, jika seluruh masyarakat bergerak bersama untuk menanggulangi demam berdarah maka perlahan tapi pasti penularan penyakit itu bisa ditekan hingga seminimal mungkin. Sayangnya selama ini belum semua peduli. Ini juga penyebab mengapa demam berdarah sulit diberantas, karena satu rumah saja ada perindukan nyamuk, orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitar berisiko tertular demam berdarah. Kepala Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Aryani Murti menambahkan, pihaknya berusaha menggerakkan masyarakat dalam pencegahan demam berdarah melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk setiap Jumat pukul 09.00 WIB sampai 09.30 WIB. Namun kegiatan itu hingga kini belum dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat.
Pemerintah, kata Miko, masih harus bekerja keras untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue itu.
Ayo beritahu teman-teman anda!!! : |
credit picture: www.bulletinmetropolis.com